Sunday, December 21, 2008

IKLAN

.....

Selengkapnya...

Thursday, December 11, 2008

MANASIK HAJI


SUASANA Alun-alun Kabupaten Kendal Kamis 4 Desember 2008, lain dari biasanya. Tempat yang biasa digunakan bermain anak-anak itu, berubah menjadi replika tanah suci Makkah. Di tempat itu, terdapat tiruan Kakbah, tiga lokasi untuk melempar jumrah, petilasan Nabi Ibrahim, bukit Shofa dan Marwa, serta sumur air zam-zam. Ya, tempat itu sengaja dibuat untuk manasik haji TKIT Robbani Kendal. Sekitar 125 siswa-siswi mengikuti kegiatan itu dengan dipandu guru-guru mereka. Terang saja, tempat itu menjadi ramai dengan kalimat-kalimat memuji kebesaran Allah Swt. ’’Labaik Allahuma labaik, labaik la syarika laka labaik, innal hamda wani’mata, laka wal mulk la syarikalak.’’
Rombongan pun di bagi beberapa kloter seperti layaknya rombongan haji betulan. Anak-anak yang masih belia itu, mengenakan pakaian ihram, mulai mengikuti prosesi layaknya ibadah haji. Pertama kali, dilakukan dengan wukuf di Arafah, sambil shalat taqdim qoshor zuhur dan asar, serta mendengarkan khotbah wukuf, selama wukuf, anak-anak terus terusa berzikir dan berdoa. Di tempat ini, segala macam doa akan diterima oleh Allah,’’demikian penjelasan yang disampaikan pemimpin rombongan.
Rombongan pun bergerak ke Muzdalifah untuk mabit (berhenti sejenak) mengambil kerikil. Barulah ke Mina untuk melempar jumrah Ula, Wusto, dan Aqobah. Keringat mulai bercucuran. Beberapa kali anak-anak terlihat membetulkan pakaian ihramnya yang melorot.


Setelah melempar jumrah, rombongan mulai tawaf tiga kali di Kakbah. Mereka juga diminta mencium hajar aswat. Lalu shalat sunah dua rakaat di Multazam atau petilasan Nabi Ibrahim, barulah minum air zam-zam. Siswa-siswi itu juga melakukan sa’i (berlari-lari kecil) tujuh kali dari bukit Shofa dan Marwa. Terakhir kalinya, melakukan tahalul atau memotong rambut. Kegiatan dimulai pukul 08.00 itu, berakhir pukul 10.00.

Pelatihan manasik haji ini untuk pengenalan rukun Islam ke-5 yakni ibadah haji. Kegiatan ini agenda rutin dua tahun sekali dari TKIT Robbani. Tujuannya, mengenalkan sejak dini kepada anak-anak sekaligus menumbuhkan semangat kebersamaan, ukhuwah Islamiyah dan syiar pada masyarakat.Harapannya, pelatihan ini akan membekas, kelak ketika anak-anak telah dewasa.
Orang tua pun turut diundang untuk menyaksikan acara tersebut, tidak ketinggalan juga pejabat setempat pun hadir memenuhi undangan. Tidak terasa mata ini pun berkaca-kaca, kapan dapat kesana memenuhi panggilanNya seperti yang dibacakan anak-anak itu ’Labaik Allahuma labaik, labaik la syarika laka labaik, innal hamda wani’mata, laka wal mulk la syarikalak.’’
Memang disamping mengenalkan sejak dini kepada anak hal tersebut juga diharapkan dapat menstimulus orang tua. Orang tua murid pun banyak yang berkasak kusuk, "masak anak kita sudah bisa ikut manasik haji, kita-kita kok belum". Namun ada juga yang berkasak, "saat ini aku sudah mampu, tapi nantinya itu lho aku belum siap", wah kalau yang ini sepertinya ia belum mau meninggalkan "dunia gelap"nya.

Dalam beberapa keterangan para jamaah haji sepulang dari tanah suci, mereka menjelaskan bahwa ibadah haji sebagian besar adalah ibadah fisik sehingga mumpung masih muda perlu untuk mempersiapkan itu semua. Memang ada benarnya pesan itu. Terkadang kita lebih mementingkan kebutuhan sekunder seperti merenovasi rumah yang berlebihan, beli kapling sana sini atau lebih mudah mengalokasikan untuk pembelian mobil daripada persiapan berhaji. Wah, aku belum ada panggilan nih ..."kapan dapat panggilan kalau ndaftar(nabung) saja belum"
Karena dari catatan beberapa sumber bahwa jika saat ini kita punya uang belum tentu kita dapat berangkat 2009 karena kursi 2009 sudah habis dan untuk 2010 tinggal beberapa ribu saja. Jadi segalanya perlu persiapan yang matang selagi kita diberi umur. Bapak, aku sudah naik haji", akupun terkaget dari lamunan, rupanya Lantip anakku sudah selesai ikutan manasik haji, baju ihram pun buru-buru minta untuk dilepaskan, rupa-rupanya terlalu kencang ikatan
diperutnya."Bapak kapan berangkat hajinya ya nak ....."
Selengkapnya...

Wednesday, November 26, 2008

DIALOG KIAI DAN IBLIS

KETIKA IBLIS MEMBENTANGKAN SAJADAH

Siang menjelang dzuhur, salah satu iblis ada di masjid. Kebetulan hari itu hari Jum'at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada dalam masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan

Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air. Pada setiap orang, iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir.

Iblis juga menempel di setiap sajadah. Terjadilah dialog antara Kiai dan iblis. "Hai, iblis!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke masjid itu.

Iblis merasa terusik, "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk mengganggu setiap orang dalam masjid ini!", jawab iblis ketus.


"Ini rumah Allah, Blis! Tempat yang suci,Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!", Kiai mencoba mengusir.
"Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru". Kiai tercenung.
"Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu"
"Dengan apa?"
"Dengan sajadah!"
"Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Wahai laknatullah?”
"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!"

"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?"
"Bukan itu saja Kiai..."
"Lalu?"
"Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar"
"Untuk apa?"
"Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu, saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan sajadah".

Dialog Iblis dan kiai sesaat terputus.

Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan.
Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya. Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
"Nah, lihat itu Kiai!", iblis memulai dialog lagi.
"Yang mana?"
"Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka".
Iblis lenyap.
Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan iblis sebelumnya.
Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya.

Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa. Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian-kejadian itu beberapa kali terihat di beberapa masjid.
Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil.
Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas. Pemilik sajadah lebar, diidentikkan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain.
Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa. Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.

"Astaghfirullahal adziiiim ", ujar sang Kiai pelan.

(source: bermacam-macam)
Selengkapnya...

Tuesday, November 18, 2008

SEANDAINYA AKU DIMAKAMKAN HARI INI .....

Perlahan, tubuhku ditutupi tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka,
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan...

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apatah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat, rekan bisnis, atau orang-orang lain,
Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri,
disini, menunggu perhitungan ...

Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma'af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri...

Tuhanku, (entah dari mana kekuatan itu datang, setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya),
jika Kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika Kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja...
Aku akan berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku,
(ilma95) Selengkapnya...

Saturday, November 08, 2008

Relativitas Waktu

Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya.
Tapi ada perkecualian; Al Qur'an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:
"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 22:47)
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (Al Qur'an, 32:5)
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun." (Al Qur'an, 70:4)
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:
"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (Al Qur'an, 23:122-114)
Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur'an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur'an adalah Kitab Suci.(source : keajaiban quran ) Selengkapnya...

Tuesday, November 04, 2008

AKUNTANSI KEHIDUPAN


Kalau kita perhatikan dalam kehidupan kita, seringkali kita tidak obyektif dalam menghitung amal yang telah berlalu. Dalam pikiran kita yang muncul adalah banyaknya ibadah yang sudah kita lakukan. Shalat kita, puasa kita, bahkan sholat jamaah ke masjid, infaq yang sudah kita berikan atau mungkin tadarus Al Qur'an atau yang lain. Disini kita sering lupa mengabaikan hitungan dosa yang telah kita lakukan atau jumlah kewajiban yang sudah kita tinggalkan. Jika selama ini kita melakukan seperti itu, ada rasa bahwa seolah-olah pahala yang ada pada kita lebih banyak daripada dosanya. Sehingga merasa kurang berkepentingan untuk beristighfar, memohon ampunan Allah.
Mari kita coba merenung lebih dalam lagi, untuk menguji cara kita menghitung dosa, karena variabel inilah yang mungkin paling banyak diabaikan dalam menilai diri sendiri.
Jika kita berpikir telah menjauhkan diri dari dosa, adalah kita telah mengetahui bilangan pasti dari seluruh macam dosa ? Jujur saja rata-rata pengetahuan manusia tentang dosa masih terbatas, dan beberapanya masih terlalu global. Ada yang mengetahui riba itu dosa, tapi seperti apa praktik riba di jaman ini ? Bagaimana membedakan adat yang baik menurut syariat dengan adat yang syirik ? Atau bisa jadi sebagian atau sebagian besar masih samar dari pengetahuan kita.
Mungkin ada yang memberikan alasan, kita tidak dianggap berdosa karena belum tahu. Kalaupun alasan itu bisa diterima, tentu bukan dalam semua kasus. Kita harus jujur dalam mengukur, segigih apa usaha kita untuk mengetahui perkara-perkara yang haram itu? Keteledoran dalam mempelajari adalah dosa tersendiri. Abu Hurairah pernah ditanya seseorang, "Aku ingin mempelajari ilmu tapi khawatir kalau saya sudah tahu ilmunya lalu saya sia-siakan", beliau menjawab "cukuplah kamu dikatakan menyia-nyiakan ilmu jika kamu tidak mau belajar".

Disamping banyak perkara haram yang mungkin belum kita ketahui, banyak pula dosa yang sudah kita ketahui status haramnya, namun kita kadang terlena, terjerumus di dalamnya lantaran nafsu, terbujuk rayuan setan, kurang peka atau kadang untuk mendapatkan sekedar ridha orang lain. Berapa kali dalam sehari pandangan mata kita mendarat ke tempat haram, lalu kita menikmatinya. Begitupun dengan telinga, lebih-lebih lisan kita. Bisakah kita menghitung, berapa kali kita berdusta dalam hidup ini, atau berapa kali kita menggunjing teman-teman, saudara kita atau orang yang berada disekitar kita. Begitupun dengan dosa yang lain. Munmgkin hanya sedikit darinya yang masih ingat. Diantara yang kita ingatpun tidak selalu kita iringi dengan penyesalan dan istighfar. Sedangkan inti dari taubat adalah penyesalan. Kelalaian ini menuntut kita untuk istighfar, memohon ampunan Allah.(ar)

Selengkapnya...

Thursday, October 30, 2008

Muhasabah #2


Satu bulan sudah kita meninggalkan bulan Ramadhan, bulan penggemblengan. Namun Allah memberikan banyak berkah dan ampunan di bulan itu. Bahkan amalan-amalan akan dilipatgandakan di bulan itu. Di awal Ramadhan banyak orang berlomba-lomba untuk menyambut berkah itu, namun di sepertiga kedua justru para peserta lomba itu sedikit demi sedikit menurun. Dan lebih ironis di sepertiga ketiga para peserta lomba itu semakin menurun. Masjid mulai berkurang shafnya, berbalik ke supermarket yang semakin ramai.
Ramadhan pergi , datanglah Syawal. Tanggal 1 Syawal umat Islam bersukaria dan disunnahkan untuk sholat Idul Fitri. Hari itu merupakan hari kemenangan, para peserta lomba diharapkan suci dan diibaratkan seperti bayi yang baru lahir tanpa dosa. Sekedar instrospeksi, benarkah kita suci di hari itu, jika ya, sudahkah kita mempertahankan kesucian di bulan Syawal dst ? Padahal Allah mewajibkan untuk puasa dengan harapan ... la allakum tattaquun, agar kita menjadi insan yang bertaqwa. Bulan Syawal adalah bulan "penguatan", bulan dengan harapan setiap muslim dapat mempertahankan amalan-amalan selama penggemblengan itu(baca:dikuatkan). Sekali lagi instrospeksi pada diri kita, sudahkah kita mempertahankan dan menguatkan. Bukankah yang terjadi di bulan Syawal sebagian umat Islam mensikapi bulan itu adalah bulan kebebasan dari sebuah belenggu ? Dapat kita lihat fenemomena di sekitar kita, tempat-tempat hiburan mulai dibuka, operasi minuman keras sudah jarang dengungnya, acara-acara TV mulai meninggalkan tayangan religius menuju tayangan fullgar seperti kebiasaan lamanya. Bagaimana dengan diri kita ??? Dimana penguatan-penguatan itu ? mengapa masjid semakin sepi dengan jamaah? Lantas dimanakah generasi tattaquun sebagaimana iming-iming dari Allah ?

Padahal Rasulullah pernah menyampaikan bahwa jika manusia mengetahui kelebihan-kelebihan bulan Ramadhan, maka mereka akan mengharapkan setiap bulan untuk dijadikan bulan Ramadhan. Mengapa kita mengesampingkan anjuran-anjuran Rasul yang merupakan uswah umat ini. Padahal Allah juga sudah menyampaikan di Qur'an surat Ali Imron 31 : Katakanlah, jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad)....
Lantas dimanakah syahadat yang kita baca minimal 9 kali dalam satu hari ???
Ya Allah ampunilah aku, ampunilah kami jika kami lalai, ampunilah umat ini ya Allah ....Amien Selengkapnya...

Wednesday, October 22, 2008

INSURANCE FOREVER ....


Ya Allah… perbaikilah bagiku agamaku, dialah sumber urusanku
Perbaikilah kehidupan duniaku, disanalah aku hidup
Perbaikilah akhiratku, padanyalah tempat kembaliku
Jadikanlah hidup sebagai panambah kebaikanku
Jadikanlah mati sebagai saat istirahatku dari segala keburukan


Allah ‘azza wajalla memang objektif dalam memandang hamba-Nya, tidak memandang orang biasakah kita atau darah-birukah kita, yang dipandang hanyalah kualitas keimanan dan ketulusan amal sholeh kita, yang dilihat hanyalah ketakwaan kita kepadanya. Allah memandang kita dengan cinta dan kasih sayang-Nya. Allah mengerti banget akan kemampuan masing-masing hamba-Nya dalam berbhakti kepadanya, makanya Dia selalu memberikan iming-iming pahala bila kita beramal sholeh dan menjewer kita serta memperingatkan dan mengancam kita dengan siksa-Nya yang sangat pedih dan kesulitan-kesulitan baik dunia maupun akhirat bila kita bermaksiat atau melenceng dari jalan-Nya.

Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengatakan: “ Apabila seseorang dari kamu memperbaiki keislamannya, maka setiap kebaikan yang ia lakukan akan dicatat disisi Allah dan dibalas dengan kebaikan sepuluh kali lipat bahkan tujuhratus kali lipat dan setiap keburukan dan kejahatan yang diperbuatnya maka akan dicatat baginya keburukan yang serupa hingga ia berjumpa dengan Allah ‘azza wa jalla (HR. Muslim)

Saudaraku… kita temukan di sini perintah;anjuran (targhib) dan peringatan (tahdzier), Dimana kita akan diberikan kebaikan dan balasan yang berlipat ganda bila kita memperbaiki keislaman, berusaha dengan gigih (mujahadah), ikhlas dan tulus menjalankan perintah dan nilai-nilai agama, yakin dengan sepenuh hati tanpa ada keraguan sedikitpun dengan eksistensi dan kekuasaan Allah serta keterlibatan-Nya dalam segala tindak tanduk kita, dalam segala gerak dan langkah kita, dalam segala kesuksesan dan kegagalan kita, dalam setiap hembusan nafas kita, dalm setiap kerlingan mata kita.

Bila kita interpretasikan lebih jauh makna berislam dengan baik, bahwa Allah akan memberikan pahala sepuluh hurup dari tiap huruf dalam Al-Qur’an yang kita baca, Allah akan mengganjar shalat kita yang satu raka’at menjadi sepuluh rakaat, Allah akan membalas kebaikan yang kita berikan kepada saudara kita menjadi sepuluh kebaikan dari sisinya, bila kita bersedekah seribu rupiah maka Allah akan melipatgandakannya menjadi sepuluhribu rupiah, memberi makan satu pakir miskin berarti makan kita selama sepuluh kali akan dijamin oleh Allah, sekali kita memberi makan saudara kita yang berbuka puasa, wah…double tuh kita dapat pahala yaitu pahala seperti orang yang berpuasa seperti yang di janjikan Rasulullah dalam hadits lain dan akan Allah jamin buka puasa kita sepuluh hari yang lain. Bila kita memberi satu pakaian untuk anak tetangga kita yang setiap lebaran tak pernah merasakan baju baru maka sama saja kita berinvest sepuluh pakaian untuk anak kita. Bila kita membangun tempat tinggal untuk keluarga yang rumahnya hampir roboh, itu artinya kita membangun sepuluh rumah di akhirat nanti. Subhanallah…
(source : wisatahati )
Selengkapnya...

Tuesday, October 14, 2008

HAI ... AKU DAPAT FITRAH ...


Istilah "fitrah" mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Lebih-lebih disetiap akhir Ramadhan umat Islam diwajibkan membayar "zakat fitrah" (bagi yang mampu), sehingga setiap kali kita mendengar kata "fitrah", terkadang pikiran kita tertuju dengan "zakat fitrah".
Di setiap akhir Ramadhan menjelang Idul Fitri, istilah ini kembali melekat. Bagi sebagian besar masyarakat kita yang berniat mudik atau silaturahim ke sanak saudara banyak yang mempersiapkannya dengan sedemikian seksama. Dari oleh-oleh sampai menyiapkan uang kertas yang masih baru untuk dibagikan kepada sanak saudara ( keponakan atau cucu-cucu dari keluarganya). Dan hal tersebut mungkin juga sudah dinanti-nantikan di setiap tahunnya oleh anak-anak, di akhir Idul Fitri mereka pun asyik menghitung perolehan "fitrah"nya.
Ini merupakan budaya yang positip di masyarakat kita, namun sekiranya memungkinkan budaya ini bisa kita lestarikan di luar bulan-bulan tersebut. Dan juga pemberian itu tidak harus diberikan kepada sanak saudara kita. Bukankah terkadang masih ada yang lebih membutuhkan dibandingkan dengan sanak saudara kita?
Perlunya pemberian "fitrah" atau infaq atau sodaqoh semestinya dapat kita lakukan setiap saat, bukankah Allah berjanji dalam Al Qur'an "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).(QS Al An'aam 160). Dia ayat yang lain "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah 261)

Dari ayat di atas, "fitrah" atau infaq atau sodaqoh bukan lagi sebagai budaya atau tradisi, tapi itu adalah kebutuhan bagi kita untuk persiapan bekal "mudik" yang abadi.
Wallahu a'lam Selengkapnya...

Saturday, September 27, 2008

ASA HAMBA


ASA HAMBA
Ya Robbi, sungguh telah banyak kenikmatan yang telah engkau limpahkan,
namun tak kunjung jua aku syukuri
Ya Robbi, sungguh telah berulang peringatan yang Engkau sampaikan,
namun tak kunjung jua kupahami
Ya Robbi, sungguh tak terbilang bimbingan Engkau ulurkan,
namun tak kunjung jua kuikuti
Ya Robbi, sungguh telah berkali-kali ampunan Engkau tawarkan,
namun tak kunjung jua aku sahuti
Ya Robbi, disaat rahmat Engkau sebarkan,
sertakan aku untuk mendapatkannya
Ya Robbi, disaat ampunan Engkau berikan,
sertakan aku untuk menerimanya
Ya Robbi, disaat api neraka Engkau hindarkan,
sertakan aku salah satunya
Ya Robbi, disaat takbir, tahlil dan tahmid mengumandang,
izinkan aku tuk memulainya.
Allahu AKBAR ... Walillahil Hamd

KEPADA PARA PEMBACA BLOG INI .....
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
1 SYAWAL 1429
Taqobalallahu Minna Waminkum

Semoga Allah menerima amal kita dan mengampuni dosa-dosa kita, Amin
Selengkapnya...

Tuesday, September 23, 2008

Yang Kembali Di Bulan Taubat


Cerita orang yang kembali pada Allah swt di bulan taubat ini sungguh sangat mengagumkan. Dengarlah seseorang yang taubat di bulan Ramadhan, ia mengungkapkan kegembiraan dan kebahagiannya:

“Sungguh indah Ramadhan, sungguh nikmat hari-harinya. Subhanallah! Semua kelezatan dan kenikmatan ini tidak pernah aku rasakan kecuali pada hari ini. Di mana mataku selama bertahun-tahun? Ya… bahkan diriku, dimana ketika bulan Ramadhan berada?. Sungguh, siapa yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan kebaikan, pasti akan mendapatkan. Siapa yang mencari jalan pasti ketemu. Siapa yang lari menuju Allah swt, pasti ditolong oleh-Nya… Sungguh benar firman Allah swt dalam Hadits Qudsy:”Barangsiapa mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat padanya sehasta.”

Subhanallah! Saya merasakan bahwa beban berat lenyap dari jiwaku. Dada ini rasanya lapang. Inilah kali pertama dalam hidupku aku paham ayat yang sering aku dengar di masjid kami: ”Barangsiapa yang dikehendaki Allah petunjuk, maka Allah melapangkan dadanya untuk mudah menerima petunjuk Islam. Dan siapa yang dikehendaki Allah sesat, maka dijadikan dadanya sesak, seakan ia menembus langit yang hampa udara.”

Ke mana rasa sempit itu menghilang? Kemana gundah-gulana yang menggelayuti jiwaku? Kemana keraguan, bisikan dan angan-angan itu? Kemana dahsyatnya kematian yang menyergap dalam tidurku?

Sungguh, sekarang saya sangat bahagia yang tidak terperi. Lapang dada. Lembut hati. Aku ingin menangis! Aku ingin munajat pada Tuhanku, mengakui dihadapan-Nya dosa-dosaku yang menggunung. Sebelumnya aku telah berbuat maksiat dan dosa. Namun aku pun shalat dan meninggalkan maksiat dan dosa itu. Aku pun merasakan bahagia… senang… dan haru.

Wahai imam, perdengarkan kepadaku Al Qur’an, untuk menghalau tipu daya syetan. Wahai iman, kenapa Ramadhan begitu cepat berlalu. Padahal aku baru kenal Ar Rahman, aku baru bisa meninggalkan dosa dan maksiat!!

Demi Allah, kalau bukan karena malu dengan orang yang duduk di sampingku, aku akan berteriak histeris: ”Aku akui nikmat-nikmat-Mu Ya Allah, aku bersyukur. Aku akui dosa-dosaku Ya Tawwab, aku bertaubat. Wahai Dzat Penerima taubat, ampunkan segala kesalahan dan dosaku. Sungguh hanya Engkau yang Menghapus dosa-dosa.”

Aku bergumam: ”Wahai imam, mengapa kamu potong daku lezatnya munajat! Mengapa kamu selesai sujud, menjadikan daku kehilangan lezatnya pengakuan dan pengaduan pada Dzat Yang Perkasa. Wahai imam, aku ingin menangis, sungguh kami sudah lama tidak menangis…

Sungguh manis engkau wahai Ramadhan… sungguh hari-harimu sangat indah… aku akan menyibukkan diri di hari dan malammu, bahkan jam dan detikmu… bagaimana tidak, sungguh aku menemukan diriku padamu!! Bukankah dalam hadits disebutkan: ”Sungguh celaka seseorang yang berjumpa dengan Ramadhan sedangkan ia tidak diampuni dosanya.”

Kita berada di depan Ramadhan. Setiap kita mempunyai harapan mendapat ampunan Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kita berjumpa dengannya dengan membawa segunung dosa yang memberatkan. Kita bertemu dengannya dengan membawa aib dan kesalahan yang tak terkira. Pada Allah kita berharap dan memohon.

Sungguh, rahmat-Nya, kasih-sayang-Nya, ampunan-Nya kami rindukan. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang, jangan Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang Engkau tolak atas pintu maghfirah-Mu. Jua jangan Engkau jauhkan kami dari keutamaan dan kebaikan-Mu. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu keluasan rahmat-Mu.

Sungguh, harapan kami pada-Mu, Ya Allah sangatlah serius. Setiap kami pasti berbuat salah dan dosa. Akan tetapi harapan kami pada Dzat Yang Mengulurkan Tangan-Nya di malam hari, agar kembali para pendosa di siang hari. Pada Dzat Yang mengulurkan Tangan-Nya di siang hari, agar kembali para pendosa di malam hari.

“Wahai anak Adam, walau dosamu melangit, namun kamu beristighfar pada-Ku, pasti Aku akan ampuni kamu, dan Aku tidak peduli.”

Aku beristighfar, astaghfirullahal Adhiim. Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Penyayang. Dan betapa banyak kasih-sayang Allah aku rasakan pada hari-hari bulan taubat ini. Allahu A’lam. (Sumber : www.dakwatuna.com) Selengkapnya...

Thursday, September 18, 2008

Muhasabah


Tidak terasa ibadah Ramadhan yang kita lakukan sudah berjalan 18 hari, kita tidak tahu seberapa persen amalan ibadah kita di bulan suci ini yang di terima. Apakah kita termasuk dalam rambu-rambu yg disampaikan Rasulullah yaitu yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja? Kembali kepada diri kita sendiri dalam mensikapi (baca:menikmati) jamuan di bulan ini).
Kadang merasa cuaca panas, pekerjaan yang berat, berbagai keluhan dan keluhan sempat terlontar entah secara lahir maupun hanya dalam batin saja.Padahal janji Allah di sepertiga yang kedua di bulan ini adalah merupakan bulan maghfiroh..... Kenapa diri kita lebih terminati dengan janji-janji lahiriyah, sedangkan dengan janji-janji yang berdimensi lain kita pandang, kita sambut dengan sebelah mata, bahkan mungkin dengan sebelah hati.
Semua kembali kepada iman kita masing-masing. Iman seseorang kadang memang naik turun. Tetapi sampai sejauh mana kita berusaha untuk meningkatkan iman kita sendiri, sudah puaskah dengan kondisi iman kita yang sekarang ini ?
Ibaratnya naik ke puncak gunung, langkah kita sudah sampai ke tengah. Namun sekedar instropeksi diri, benarkah kita sudah sampai tengah, atau justru kita turunkan lagi, hingga gunung itupun tak sempat kita raih. Hanya sebuah memori bahwa kita pernah mencoba naik namun tak sampai ke atas (padahal jamuan pesta yang dijanjikan itu ada dipuncak sana). Kita lihat di masyarakat, pada tanggal2 tengah ini jamaah tarawih sudah mulai berkurang, sebaliknya pertokoan tradisional ataupun supermarket mulai ramai dan semakin ramai menjelang lebaran nanti. Sangat kontradiktif ramadhan yang semula ramai menjadi semakin sepi. Hanya orang-orang yang sadar saja(didominasi orang-orang yang berumur)yang masih aktif meramaikan dan menikmati sajian Allah di bulan ini.
Apakah semua harus menunggu "berumur" baru kemudian ancang-ancang menyadari semua. Padahal kita tidak tahu, umur kita dibatasi sampai kapan. Semua sadar akan hal itu, namun kadang hanya sekedar obrolan-obrolan kosong tanpa berusaha merealisasi. Selengkapnya...

Saturday, September 13, 2008

MEMBANGUN TAKWA POLITIK DENGAN RAMADHAN

Menurut Bapak sosiologi Islam Ibnu Khaldun, panggung politik dan kekuasaan adalah posisi yang banyak diidam-idamkan orang karena kenikmatannya. Di dunia politik ini, terkumpul segala macam kenikmatan, dari harta kekayaan yang berlimpah, kepuasan karena terpenuhinya kebutuhan fisik, dan kenyamanan psikologi (karena selalu dihormati). Karena kenyamanan ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkannya. Dan kalau sudah berkuasa, sangat sedikit yang dengan sukacita menyerahkannya kepada orang lain.
Karakter inilah yang barangkali bisa menafsirkan kita kepada sebuah fenomena kenapa mayoritas penguasa diturunkan dengan cara yang tidak formal, dan kenapa banyak pejabat mengalami post power syndrome saat turun dari jabatannya. Salah satu penyebab jeleknya citra politik di mata mayoritas adalah karena banyak penguasa yang berbuat semena-mena dengan lawan politiknya demi mempertahankan kekuasaannya.
Benarkah politik itu sejatinya kotor, ataukah kekotoran itu adalah benalu kekuasaan di saat penguasa sudah lupa dengan tujuan semula saat dilantik menjadi pemimpin?
Dengan penuh keyakinan, penulis menyatakan bahwa politik adalah salah satu agenda penting dalam dakwah. Politik adalah keniscayaan dalam mewujudkan totalitas beragama, dan politik adalah salah satu cara untuk menggapai taqwa. Tetapi dunia ini sangat rentan godaan, sehingga memerlukan energi besar agar praktisinya tidak mudah terjangkiti oleh virus-virus politik kotor.
Lalu, apa kaitan Ramadhan dengan taqwa? Benarkah Ramadhan bisa menjadi solusi carut marutnya dunia perpolitikan? Mampukah Ramadhan menciptakan taqwa di sektor politik?
Mencermati pernyataan Ibnu Khaldun di atas, penulis akan menggali sejauh mana Ramadhan mampu membangun karakter taqwa di dunia politik. Tulisan ini menyoroti dua sudut: Pertama, masyarakat terhadap penguasa, dan kedua, penguasa yang menjalankan roda pemerintahan.

A. Masyarakat yang menentukan pilihan politik
Masyarakat memiliki peran penting dalam membangun budaya taqwa dalam politik. Masyarakat yang bertaqwa, tidak akan membiarkan pemimpinnya berbuat semena-mena. Dalam pidato politik saat dikukuhkan menjadi Khalifah Islam setelah Rasulullah, Abu Bakar sadar betul bahwa kekuasaan mudah menyeret seseorang kepada penyelewengan.
Karenanya, beliau meminta masyarakat - yang pada saat itu mayoritas bertaqwa - untuk memantau kinerja kepemimpinan beliau. Dalam pidatonya yang singkat beliau berkata, “Sesungguhnya aku sekarang telah diangkat untuk menjadi pemimpin kalian, padahal aku sadar bahwa aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Jika aku profesional, maka dukunglah kinerjaku, tapi jika aku asal-asalan, maka luruskan diriku. Kejujuran adalah amanah, dan kebohongan adalah pengkhianatan… ”.

Salah satu cara membentuk masyarakat taqwa adalah dengan metode Ramadhan.. Ramadhan secara intensif melatih masyarakat muslim untuk mencintai nilai-nilai kebaikan, mampu menahan nafsu untuk tidak melakukan perbuatan keji. Bersemangat melaksanakan shalat secara berjamaah, dan berani menegur imamnya jika melakukan kekeliruan.
Ramadhan yang sukses juga akan menekan persoalan bangsa yang sangat akut sekarang ini, yaitu korupsi. Karenanya, permasalahan serius yang disoroti Allah pasca ayat-ayat tentang Ramadhan adalah problematika korupsi, yang dalam ajaran Allah pemberantasannya baru akan efektif manakala dilakukan oleh orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman,
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Al-Baqarah: 188).
Ramadhan sangat intensif mengenalkan nilai-nilai kebaikan untuk masyarakat. Nilai-nilai yang diperkenalkan sangat bervariasi, mulai dari kedisiplinan, kejujuran, keikhlasan, melatih sikap empati, sampai kepada pengenalan hak-hak pemimpin dan yang dipimpin.
Kedisiplinan dikenalkan lewat jadwal berbuka dan imsak, kapan boleh makan dan minum dan kapan tidak boleh; kapan waktu berangkat ke masjid, dan jam berapa harus bangun sahur. Kejujuran diasah lewat kesportifan orang untuk tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, meskipun tidak ada satu pun orang yang tahu dia melakukannya. Keikhlasan tumbuh dari praktek puasa yang tidak mungkin diketahui orang lain, kecuali kalau kita sendiri yang menceritakannya.
Ramadhan melatih kita untuk lebih peduli terhadap sesama dengan program memberi makan orang yang berpuasa, memperbanyak infaq, sedekah, dan zakat. Ramadhan juga mengajarkan kita bagaimana memilih pemimpin dalam shalat, kapan harus menaatinya, dan bagaimana menegurnya jika berbuat kesalahan.
Masyarakat Ramadhan dengan karakteristik di atas tidak mungkin tertarik memilih pemimpin yang tidak seirama dengan mereka, hanya karena tampilan fisik calon pemimpin, atau karena teror money politics. Mereka telah terbiasa dengan sukarela tidak makan seharian selama sebulan tanpa dibayar dengan uang. Andaikan ada yang ingin membayar mereka agar membatalkan puasa, mereka pasti tidak akan melakukan itu.
Masyarakat Ramadhan juga tidak akan segan-segan memberikan peringatan kepada pemimpin yang salah. Mereka sangat sadar bahwa pilihan mereka harus mendukung nilai-nilai ketaqwaan yang telah mereka bangun dengan susah payah, sebagaimana mereka merasa tidak nyaman di saat shalat di belakang imam yang bacaan serta sikapnya tidak baik.
Masyarakat Ramadhan juga tidak akan melanjutkan tradisi korupsi yang telah beranak-pinak. Mereka adalah orang pertama yang akan menghapus tradisi ini. Selama Ramadhan, mereka telah dilatih untuk memakan makanan yang halal dan thayyib, dan tidak akan korupsi pada saat berbuka dan sahur. Mereka tidak berani untuk berbuka sebelum waktunya, demikian juga dengan makan setelah waktu sahur lewat.
Dengan sikap seperti itu, penguasa yang punya niat korupsi akan berfikir seribu kali untuk melakukannya, lantaran masyarakatnya tidak mendukung, bahkan akan mengadilinya. Suburnya korupsi di negeri ini adalah akibat banyaknya pejabat yang korup yang berkolaborasi dengan pengusaha atau rakyat yang membutuhkan bidang yang digarap oleh pejabat.

B. Penguasa yang Menjalankan Roda Pemerintahan.
Godaan kekuasaan sangat besar, baik harta, tahta maupun wanita. Penguasa sangat rentan dengan godaan harta. Banyak pengusaha yang siap menanamkan investasi jasa keuangannya jauh-jauh hari sebelum menjadi penguasa, dengan harapan nanti kalau berkuasa akan mendapatkan proyek-proyek besar.
Kalau tidak berhasil mendekati penguasa atau calon penguasa, mereka coba masuk dari jalur keluarga, baik istri maupun anak-anak mereka. Banyak sudah pemimpin yang harus turun dari jabatannya lantaran skandal korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri dan keluarga mereka.
Pejabat juga sangat rentan dengan godaan wanita. Betapa banyak pemimpin yang harus meninggalkan tahtanya gara-gara terlibat skandal dengan wanita simpanan. Betah dengan tahta adalah godaan lain yang melekat kental di sebagian penguasa. Demi mempertahankan tahtanya, dia singkirkan lawan-lawan politiknya dengan berbagai macam cara. Ada yang dicampakkan ke dalam sel, ada yang diasingkan, bahkan ada yang dihabisi nyawanya.
Tetapi pejabat yang telah dicelup dengan nilai Ramadhan dan sukses dalam prosesnya, Insya Allah lahir dengan tampilan yang berbeda. Ramadhan tidak hanya diwajibkan kepada masyarakat kecil, tetapi juga menyentuh kalangan pejabat. Ramadhan mengajarkan mereka untuk berhias dengan sifat jujur, cinta masjid, merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta, memperkecil nafsu serakah terhadap dunia, hati-hati dengan godaan lawan jenis, siap menerima kritik, memberantas korupsi dan lainnya.
Kejujuran tumbuh dari terlatihnya mereka berpuasa tanpa harus berbuka, meskipun tidak dilihat oleh orang lain. Mereka juga sering ke masjid menyatu dengan rakyatnya untuk sama-sama shalat berjamaah. Seringnya mereka beribadah, insya Allah menjadikan mereka semakin merasakan kedekatan kepada Allah. Sehingga nafsu serakah dunia dan hebatnya godaan syahwat menjadi jinak dan terkendali..
Penguasa yang bertaqwa seperti di atas, akan membawa dampak positif buat diri, keluarga, dan rakyatnya. Pemimpin yang lulus puasa Ramadhan adalah pemimpin yang salih secara pribadi, rajin beribadah, jujur, berdedikasi tinggi, siap menerima kritik membangun, tidak tergiur oleh berbagai godaan.
Pemimpin yang lulus ujian Ramadhan adalah pemimpin yang berwibawa di dalam keluarganya, menjadi contoh buat isteri dan anak-anaknya, dan menciptakan lingkungan rumah yang kondusif buat ibadah kepada Allah. Ia adalah pemimpin yang selektif memilih bithanahnya (orang dekatnya) sehingga selalu mengingatkannya jika terjadi kekeliruan. Ia juga akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung terwujudnya nilai-nilai taqwa dalam kehidupan.
Di antara wujud nilai taqwa dalam kehidupan sehari-hari yang akan digulirkan oleh pemimpin jenis ini adalah: Gerakan Peduli Pemuda, Gerakan kembali mencintai masjid, menghidupkan nilai-nilai ukhuwah terhadap sesama, gerakan sumbangan sukarela dalam membangun kekuatan ekonomi negara, gerakan anti pornografi, gerakan menghidupkan malam dengan ibadah.
Gerakan peduli pemuda tumbuh dari kesadaran pemimpin dalam merespon perintah Allah untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Kealfaan memperhatikan perkembangan pemuda berakibat fatal bagi kualitas keberagamaan mereka, sekaligus menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan suatu negara.
Sedangkan gerakan kembali cinta masjid, muncul dari kenikmatan yang mereka dapatkan di saat sholat berjamaah dan merasakan dampak positifnya berkumpul di masjid jika dibandingkan dengan berkumpul di tempat-tempat keramaian yang lain. Nilai-nilai ukhuwah terbangun dengan seringnya berkumpul bersama di dalam tempat yang suci.
Sumbangan sukarela dapat digerakkan karena rakyat melihat bahwa pemimpin mereka juga mengeluarkan infaq, sedekah, sama seperti yang mereka lakukan. Sedangkan gerakan anti pornografi dapat efektif karena pemimpinnya tidak pernah terperangkap dalam jerat ini dengan energi besar dari Ramadhan. Dan, gerakan mengisi keheningan malam dengan ibadah, mereka gulirkan saat merasakan betapa indahnya shalat tahajjuad dan i’tikaf di hari-hari akhir Ramadhan.
Ramadhan yang menyentuh kutub pemimpin di satu sisi dan masyarakat di sisi yang lain, akan melahirkan ketaqwaan dari keduanya sekaligus. Pemimpin yang bertaqwa akan menggulirkan kebijakan-kebijakan yang menopang terealisasinya ketaqwaan di masyarakat. Dan, masyarakat yang bertaqwa akan menjadi pengawas berlangsungnya nilai-nilai ketaqwaan di kalangan elit. (dari berbagai sumber : Al Qur’an, file IKADI, dll)
Selengkapnya...

Friday, September 12, 2008

Ternyata Bulan di Saturnus Juga Bercincin

Panah menunjukkan bulan bernama Anthe (atas) dan Methone (bawah) yang dikelilingi cincin parsial berbentuk seperti busur panah.

Cincin ternyata tak hanya menghiasi Planet Saturnus saja. Foto-foto terakhir yang dikirimkan wahana ruang angkasa Cassini menunjukkan bahwa cincin parsial juga mengelilingi bulan-bulannya.

Cassini mendeteksi cincin pertama di salah satu bulan yang bernama Anthe. Cincin kedua juga terekam di bulan lainnya bernama Methone. Kedua objek termasuk bulan Saturnus yang berukuran kecil.

Tidak seperti cincin planet Saturnus yang halus, lebar, dan membentuk lingkaran penuh, cincin parsial kasar, renggang, dan hanya membentuk lengkungan seperti busur panah. Cincin parsial tersusun dari serpihan-serpihan batu meteor yang mungkin menabrak permukaan bulan tersebut.

Nick Cooper, salah satu ilmuwan dari Universitas Queen Mary London yang terlibat dalam tim pengolah citra Cassini yakin cincin parsial terbentuk karena pengaruh gravitasi objek lainnya di sekitar kedua bulan tersebut. Sebab, Anthe dan Methone berada dekat Mimas, bulan lainnya yang ukurannya lebih besar.

Ia mengatakan, foto-foto tersebut mmberikan informasi baru. Informasi tersebut akan membantu mengungkap interaksi antara bulan-bulan Saturnus dan cincinnya.

Nampak jelas bahwa semakin terungkap fenomena-fenomena seperti di atas, akan semakin terbuka wawasan kita dan menyadarkan bahwa ciptaan Allah sangat luar biasa, subkhanallah, jika air laut dijadikan tintanya, meski air laut itu kering tak akan habis untuk menulis kebesaran ciptaanNya.(sumber : http://www.kompas.com_)

Selengkapnya...

Saturday, September 06, 2008

AL QUR'AN DAN ASTRONOMY

Penciptaan Alam Semesta


Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:

"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)

Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.

Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan


Mengembangnya Alam Semesta


Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)

Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.


Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
(source : http://keajaibanquran.com/astronomy_origin_universe.html) Selengkapnya...

Saturday, August 16, 2008

Tanah Bulan Sumber Energi Potensial


Jika suatu saat manusia benar-benar berhasil membangun koloni di Bulan, sumber energi adalah salah satu masalah yang harus terpenuhi. Para ilmuwan dari badan antariksa berbagai negara tengah menyiapkan bahan bakar yang diambil dari bahan galian di perut Bulan.

Bahan bakar yang dimaksud adalah helium-3, salah satu isotop unsur gas. Helium-3 secara teori dapat dipakai sebagai bahan baku pembangkit listrik tenaga nuklir. Proses konversi menjadi listrik bahkan lebih ramah lingkungan daripada reaktor nuklir di Bumi karena hanya menghasilkan sedikit limbah.

Penggunaan Helium-3 berbeda dengan Uranium. Pembangkit listrik tenaga nuklir yang menggunakan uranium dilakukan melalui reaksi fisi, di mana inti atom dibelah-belah menjadi lebih kecil untuk melepaskan energi. Sementara Helium-3 dapat dipakai dalam reaksi fusi di mana, inti atom-atomnya yang bertabrakan membentuk inti atom baru lebih besar dan melepaskan energi.

"Ia merupakan sumber energi yang lebih bersih dan aman daripada bahan bakar buklir," ujar Gerald Kulcinski, direktur Institut Teknolog Fusion di Universitas Winconsin, Madison, AS. Sekitar 40 ton Helium-3 cukup untuk memasok kebutuhan energi di seluruh AS selama setahun.

Helium-3 sangat jarang ditemukan di Bumi namun banyak terkandung dalam tanah Bulan. Sejumlah negara yang telah memulai program eksplorasi Bulan seperti China, Rusia, dan India menjadikan Helium-3 sebagai target sumber energi masa depan untuk program ruang angkasanya.

Namun, membangun reaktor fusi lebih sulit daripada reaksi fisi karena menbutuhkan energi awal yang sangat besar. Belum ada satu pun reaktor fusi yang beroperasi di Bumi. Baru satu prototip yang tengah dibangun, yakni fasilitas yang diberi nama ITER (International Thermonuclear Experimental Reactor) di Cadarache, Perancis. Reaktor percobaan tersebut baru akan beroperasi mulai 2016 dan mulai menghasilkan energi 20 tahun kemudian. bahan baku yang digunakan di sana bukan Helium-3 melainkan deuterium dan tritium.

Selengkapnya...

SEBUAH CITA-CITA


Dapat melaksanakan rukun Islam dengan sempurna adalah merupakan cita-citaku. Ibadah haji merupakan obsesi yang belum kesampaian, selagi masih muda, selagi masih diberi kepercayaan Allah untuk mengemban jasad dan ruh ini. Aku memulai membuka Rekening Tabungan Haji Arafah atas nama diriku sendiri dengan nomer 504.00033.32 di Bank Muamalat, tapi belum juga nambah-nambah. Jangankan untuk pesan tempat Rp 20 jt, atau beli tiket keberangkatan Rp 32,5 jt, untuk buka rekening saja aku baru mampu membukanya dengan Rp 500.000,-, tapi alhamdulillah Allah masih memberikan rizqi itu pada keluarga kami. Setiap ada keberangkatan haji tak terasa air mata ini pun menetes .....
Selengkapnya...

Johny Setiawan Temukan 8 Planet Lain


Astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy Jerman, Johny Setiawan, menemukan delapan planet di tata surya lain. Tiga di antaranya, yaitu planet yang dinamai HD 47536c, HD 110014b, dan HD 110014c, akan dipublikasikan tahun depan dalam jurnal astronomi. Lima lainnya telah teridentifikasi, tetapi masih dalam penyusunan makalahnya.

Hal ini diungkapkan Johny Setiawan di sela acara ”2008 Asian Science Camp” di Sanur, Bali, Rabu (6/8). Pertemuan ini dihadiri para siswa peraih medali olimpiade fisika dan kimia internasional dari Indonesia dan negara Asia lainnya. Mereka berkesempatan mendengarkan presentasi dan berdialog dengan lima peraih Nobel dan ilmuwan dunia.

Kegiatan ini berlangsung hingga Sabtu mendatang. Para peraih nobel itu adalah Yuan Tseh Lee (Nobel Kimia, 1986), Richard Robert Ernst (Nobel Kimia, 1991), Douglas Osheroff (Nobel Fisika, 1996), Masatoshi Koshiba (Nobel Fisika, 2002), David Gross (Nobel Fisika, 2004).

Johny mempresentasikan makalah berjudul ”Astronomy: A Culture, Science, and Philosophy for the Humanity” dan ”Search for Life in Other Solar Systems”. Sebagai ilmuwan postdoctoral di Departemen Planet dan Formasi Bintang Max Planck Institute for Astronomy (MPIA) sejak tahun 2003, Johny meneliti planet extrasolar (di luar sistem matahari) yang mengelilingi bintang muda dan evolusi bintang serta stelar atmosfer atau pulsasi dan aktivitas khromosferik.

Menurut Johny, satu-satunya ilmuwan non-Jerman di antara tiga peneliti planet lainnya di MPIA, sekarang ini dengan adanya teleskop modern, bukanlah hal sulit untuk menemukan bintang-bintang yang bertebaran di jagat raya ini.

Dengan teropong optik yang dipadukan sistem komputer, benda langit yang memancarkan cahaya itu dapat teridentifikasi. Yang sulit adalah melihat adanya planet-planet yang mengitari bintang-bintang yang jaraknya dari bumi ribuan tahun cahaya.

Planet, yang hanya memantulkan cahaya dari bintang induknya, penampakannya 10 juta kali lebih redup daripada bintang atau matahari yang dikitarinya.

Namun, dengan adanya pergerakan radial bintang karena dipengaruhi gaya tarik-menarik dengan planet yang mengitarinya, keberadaan planet dapat diketahui secara tidak langsung. Pergerakan radial itu dapat dilihat dengan alat spektrograf yang berfungsi mengurai cahaya bintang menjadi komponen cahaya.

Seperti halnya cahaya matahari yang dapat diurai menjadi warna-warna pelangi, garis-garis spektrum cahaya itu dijadikan kunci untuk mengetahui keberadaan planet. Bila pada garis spektrum itu terjadi osilasi atau pergerakan pendar ke kiri atau kanan, itu adalah indikasi ada planet yang mengitarinya.

”Bila garis spektrum ke arah biru berarti planet bergerak mendekati posisi pengamatan, bila ke warna merah berarti menjauh,” kata Johny.

Johny yang menamatkan S-1 dan S-3-nya di Freiburg, Jerman, melaksanakan penelitian itu dalam proyek Seram (Search for Exoplanet with Radial-velocity at MPIA) menggunakan teleskop berdiameter 2,2 meter. Ia juga melaksanakan proyek penelitian Exoplanet Search with PRIMA (Phase-Referenced Imaging and Micro-arcsecond Astrometry).

Publikasi temuan

Planet HD 47536c dipastikan keberadaannya pada Mei 2008 dan akan mulai dipublikasikan dalam jurnal Astronomy and Astrophysic.

Planet ini berada dalam satu tata surya dengan planet yang ditemukan 9 tahun lalu, yaitu HD 47536b (Henry dan Draper, nama astronom AS yang menyusun katalog perbintangan).

Angka-angka itu menunjukkan satu posisi tertentu di jagat raya, sedangkan huruf kecil b dan c artinya planet pertama dan kedua. Bintang induk sendiri diberi tanda huruf besar A.

Pada penelitian sebelumnya keberadaan planet kedua itu, kata Johny yang biasa bekerja mulai pukul 18.00 hingga 07.00, tak terdeteksi karena masa edarnya 1.600 hari. Sedangkan planet pertama 400 hari. Menurut dia, tidak tertutup kemungkinan dalam tata surya itu ditemukan planet lainnya.

Sejak bergabung di MPIA tahun 2003, Johny yang akan berusia 34 tahun pada 16 Agustus juga telah menemukan Planet HD 11977b (2005) dengan masa edar 700 hari, HD 70573b (2007) dengan masa edar 900 hari, dan TW HYDRAEb (2008) beredar 3,5 hari.

Dua planet yang akan dipublikasikan tahun depan adalah HD 110014b & c yang masing-masing bermasa edar 135 hari dan 850 hari.

Sumber : Kompas (7 Agustus 2008)

Selengkapnya...

sabily