Saturday, August 16, 2008

Tanah Bulan Sumber Energi Potensial


Jika suatu saat manusia benar-benar berhasil membangun koloni di Bulan, sumber energi adalah salah satu masalah yang harus terpenuhi. Para ilmuwan dari badan antariksa berbagai negara tengah menyiapkan bahan bakar yang diambil dari bahan galian di perut Bulan.

Bahan bakar yang dimaksud adalah helium-3, salah satu isotop unsur gas. Helium-3 secara teori dapat dipakai sebagai bahan baku pembangkit listrik tenaga nuklir. Proses konversi menjadi listrik bahkan lebih ramah lingkungan daripada reaktor nuklir di Bumi karena hanya menghasilkan sedikit limbah.

Penggunaan Helium-3 berbeda dengan Uranium. Pembangkit listrik tenaga nuklir yang menggunakan uranium dilakukan melalui reaksi fisi, di mana inti atom dibelah-belah menjadi lebih kecil untuk melepaskan energi. Sementara Helium-3 dapat dipakai dalam reaksi fusi di mana, inti atom-atomnya yang bertabrakan membentuk inti atom baru lebih besar dan melepaskan energi.

"Ia merupakan sumber energi yang lebih bersih dan aman daripada bahan bakar buklir," ujar Gerald Kulcinski, direktur Institut Teknolog Fusion di Universitas Winconsin, Madison, AS. Sekitar 40 ton Helium-3 cukup untuk memasok kebutuhan energi di seluruh AS selama setahun.

Helium-3 sangat jarang ditemukan di Bumi namun banyak terkandung dalam tanah Bulan. Sejumlah negara yang telah memulai program eksplorasi Bulan seperti China, Rusia, dan India menjadikan Helium-3 sebagai target sumber energi masa depan untuk program ruang angkasanya.

Namun, membangun reaktor fusi lebih sulit daripada reaksi fisi karena menbutuhkan energi awal yang sangat besar. Belum ada satu pun reaktor fusi yang beroperasi di Bumi. Baru satu prototip yang tengah dibangun, yakni fasilitas yang diberi nama ITER (International Thermonuclear Experimental Reactor) di Cadarache, Perancis. Reaktor percobaan tersebut baru akan beroperasi mulai 2016 dan mulai menghasilkan energi 20 tahun kemudian. bahan baku yang digunakan di sana bukan Helium-3 melainkan deuterium dan tritium.

Selengkapnya...

SEBUAH CITA-CITA


Dapat melaksanakan rukun Islam dengan sempurna adalah merupakan cita-citaku. Ibadah haji merupakan obsesi yang belum kesampaian, selagi masih muda, selagi masih diberi kepercayaan Allah untuk mengemban jasad dan ruh ini. Aku memulai membuka Rekening Tabungan Haji Arafah atas nama diriku sendiri dengan nomer 504.00033.32 di Bank Muamalat, tapi belum juga nambah-nambah. Jangankan untuk pesan tempat Rp 20 jt, atau beli tiket keberangkatan Rp 32,5 jt, untuk buka rekening saja aku baru mampu membukanya dengan Rp 500.000,-, tapi alhamdulillah Allah masih memberikan rizqi itu pada keluarga kami. Setiap ada keberangkatan haji tak terasa air mata ini pun menetes .....
Selengkapnya...

Johny Setiawan Temukan 8 Planet Lain


Astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy Jerman, Johny Setiawan, menemukan delapan planet di tata surya lain. Tiga di antaranya, yaitu planet yang dinamai HD 47536c, HD 110014b, dan HD 110014c, akan dipublikasikan tahun depan dalam jurnal astronomi. Lima lainnya telah teridentifikasi, tetapi masih dalam penyusunan makalahnya.

Hal ini diungkapkan Johny Setiawan di sela acara ”2008 Asian Science Camp” di Sanur, Bali, Rabu (6/8). Pertemuan ini dihadiri para siswa peraih medali olimpiade fisika dan kimia internasional dari Indonesia dan negara Asia lainnya. Mereka berkesempatan mendengarkan presentasi dan berdialog dengan lima peraih Nobel dan ilmuwan dunia.

Kegiatan ini berlangsung hingga Sabtu mendatang. Para peraih nobel itu adalah Yuan Tseh Lee (Nobel Kimia, 1986), Richard Robert Ernst (Nobel Kimia, 1991), Douglas Osheroff (Nobel Fisika, 1996), Masatoshi Koshiba (Nobel Fisika, 2002), David Gross (Nobel Fisika, 2004).

Johny mempresentasikan makalah berjudul ”Astronomy: A Culture, Science, and Philosophy for the Humanity” dan ”Search for Life in Other Solar Systems”. Sebagai ilmuwan postdoctoral di Departemen Planet dan Formasi Bintang Max Planck Institute for Astronomy (MPIA) sejak tahun 2003, Johny meneliti planet extrasolar (di luar sistem matahari) yang mengelilingi bintang muda dan evolusi bintang serta stelar atmosfer atau pulsasi dan aktivitas khromosferik.

Menurut Johny, satu-satunya ilmuwan non-Jerman di antara tiga peneliti planet lainnya di MPIA, sekarang ini dengan adanya teleskop modern, bukanlah hal sulit untuk menemukan bintang-bintang yang bertebaran di jagat raya ini.

Dengan teropong optik yang dipadukan sistem komputer, benda langit yang memancarkan cahaya itu dapat teridentifikasi. Yang sulit adalah melihat adanya planet-planet yang mengitari bintang-bintang yang jaraknya dari bumi ribuan tahun cahaya.

Planet, yang hanya memantulkan cahaya dari bintang induknya, penampakannya 10 juta kali lebih redup daripada bintang atau matahari yang dikitarinya.

Namun, dengan adanya pergerakan radial bintang karena dipengaruhi gaya tarik-menarik dengan planet yang mengitarinya, keberadaan planet dapat diketahui secara tidak langsung. Pergerakan radial itu dapat dilihat dengan alat spektrograf yang berfungsi mengurai cahaya bintang menjadi komponen cahaya.

Seperti halnya cahaya matahari yang dapat diurai menjadi warna-warna pelangi, garis-garis spektrum cahaya itu dijadikan kunci untuk mengetahui keberadaan planet. Bila pada garis spektrum itu terjadi osilasi atau pergerakan pendar ke kiri atau kanan, itu adalah indikasi ada planet yang mengitarinya.

”Bila garis spektrum ke arah biru berarti planet bergerak mendekati posisi pengamatan, bila ke warna merah berarti menjauh,” kata Johny.

Johny yang menamatkan S-1 dan S-3-nya di Freiburg, Jerman, melaksanakan penelitian itu dalam proyek Seram (Search for Exoplanet with Radial-velocity at MPIA) menggunakan teleskop berdiameter 2,2 meter. Ia juga melaksanakan proyek penelitian Exoplanet Search with PRIMA (Phase-Referenced Imaging and Micro-arcsecond Astrometry).

Publikasi temuan

Planet HD 47536c dipastikan keberadaannya pada Mei 2008 dan akan mulai dipublikasikan dalam jurnal Astronomy and Astrophysic.

Planet ini berada dalam satu tata surya dengan planet yang ditemukan 9 tahun lalu, yaitu HD 47536b (Henry dan Draper, nama astronom AS yang menyusun katalog perbintangan).

Angka-angka itu menunjukkan satu posisi tertentu di jagat raya, sedangkan huruf kecil b dan c artinya planet pertama dan kedua. Bintang induk sendiri diberi tanda huruf besar A.

Pada penelitian sebelumnya keberadaan planet kedua itu, kata Johny yang biasa bekerja mulai pukul 18.00 hingga 07.00, tak terdeteksi karena masa edarnya 1.600 hari. Sedangkan planet pertama 400 hari. Menurut dia, tidak tertutup kemungkinan dalam tata surya itu ditemukan planet lainnya.

Sejak bergabung di MPIA tahun 2003, Johny yang akan berusia 34 tahun pada 16 Agustus juga telah menemukan Planet HD 11977b (2005) dengan masa edar 700 hari, HD 70573b (2007) dengan masa edar 900 hari, dan TW HYDRAEb (2008) beredar 3,5 hari.

Dua planet yang akan dipublikasikan tahun depan adalah HD 110014b & c yang masing-masing bermasa edar 135 hari dan 850 hari.

Sumber : Kompas (7 Agustus 2008)

Selengkapnya...

sabily