Saturday, September 27, 2008

ASA HAMBA


ASA HAMBA
Ya Robbi, sungguh telah banyak kenikmatan yang telah engkau limpahkan,
namun tak kunjung jua aku syukuri
Ya Robbi, sungguh telah berulang peringatan yang Engkau sampaikan,
namun tak kunjung jua kupahami
Ya Robbi, sungguh tak terbilang bimbingan Engkau ulurkan,
namun tak kunjung jua kuikuti
Ya Robbi, sungguh telah berkali-kali ampunan Engkau tawarkan,
namun tak kunjung jua aku sahuti
Ya Robbi, disaat rahmat Engkau sebarkan,
sertakan aku untuk mendapatkannya
Ya Robbi, disaat ampunan Engkau berikan,
sertakan aku untuk menerimanya
Ya Robbi, disaat api neraka Engkau hindarkan,
sertakan aku salah satunya
Ya Robbi, disaat takbir, tahlil dan tahmid mengumandang,
izinkan aku tuk memulainya.
Allahu AKBAR ... Walillahil Hamd

KEPADA PARA PEMBACA BLOG INI .....
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
1 SYAWAL 1429
Taqobalallahu Minna Waminkum

Semoga Allah menerima amal kita dan mengampuni dosa-dosa kita, Amin
Selengkapnya...

Tuesday, September 23, 2008

Yang Kembali Di Bulan Taubat


Cerita orang yang kembali pada Allah swt di bulan taubat ini sungguh sangat mengagumkan. Dengarlah seseorang yang taubat di bulan Ramadhan, ia mengungkapkan kegembiraan dan kebahagiannya:

“Sungguh indah Ramadhan, sungguh nikmat hari-harinya. Subhanallah! Semua kelezatan dan kenikmatan ini tidak pernah aku rasakan kecuali pada hari ini. Di mana mataku selama bertahun-tahun? Ya… bahkan diriku, dimana ketika bulan Ramadhan berada?. Sungguh, siapa yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan kebaikan, pasti akan mendapatkan. Siapa yang mencari jalan pasti ketemu. Siapa yang lari menuju Allah swt, pasti ditolong oleh-Nya… Sungguh benar firman Allah swt dalam Hadits Qudsy:”Barangsiapa mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat padanya sehasta.”

Subhanallah! Saya merasakan bahwa beban berat lenyap dari jiwaku. Dada ini rasanya lapang. Inilah kali pertama dalam hidupku aku paham ayat yang sering aku dengar di masjid kami: ”Barangsiapa yang dikehendaki Allah petunjuk, maka Allah melapangkan dadanya untuk mudah menerima petunjuk Islam. Dan siapa yang dikehendaki Allah sesat, maka dijadikan dadanya sesak, seakan ia menembus langit yang hampa udara.”

Ke mana rasa sempit itu menghilang? Kemana gundah-gulana yang menggelayuti jiwaku? Kemana keraguan, bisikan dan angan-angan itu? Kemana dahsyatnya kematian yang menyergap dalam tidurku?

Sungguh, sekarang saya sangat bahagia yang tidak terperi. Lapang dada. Lembut hati. Aku ingin menangis! Aku ingin munajat pada Tuhanku, mengakui dihadapan-Nya dosa-dosaku yang menggunung. Sebelumnya aku telah berbuat maksiat dan dosa. Namun aku pun shalat dan meninggalkan maksiat dan dosa itu. Aku pun merasakan bahagia… senang… dan haru.

Wahai imam, perdengarkan kepadaku Al Qur’an, untuk menghalau tipu daya syetan. Wahai iman, kenapa Ramadhan begitu cepat berlalu. Padahal aku baru kenal Ar Rahman, aku baru bisa meninggalkan dosa dan maksiat!!

Demi Allah, kalau bukan karena malu dengan orang yang duduk di sampingku, aku akan berteriak histeris: ”Aku akui nikmat-nikmat-Mu Ya Allah, aku bersyukur. Aku akui dosa-dosaku Ya Tawwab, aku bertaubat. Wahai Dzat Penerima taubat, ampunkan segala kesalahan dan dosaku. Sungguh hanya Engkau yang Menghapus dosa-dosa.”

Aku bergumam: ”Wahai imam, mengapa kamu potong daku lezatnya munajat! Mengapa kamu selesai sujud, menjadikan daku kehilangan lezatnya pengakuan dan pengaduan pada Dzat Yang Perkasa. Wahai imam, aku ingin menangis, sungguh kami sudah lama tidak menangis…

Sungguh manis engkau wahai Ramadhan… sungguh hari-harimu sangat indah… aku akan menyibukkan diri di hari dan malammu, bahkan jam dan detikmu… bagaimana tidak, sungguh aku menemukan diriku padamu!! Bukankah dalam hadits disebutkan: ”Sungguh celaka seseorang yang berjumpa dengan Ramadhan sedangkan ia tidak diampuni dosanya.”

Kita berada di depan Ramadhan. Setiap kita mempunyai harapan mendapat ampunan Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kita berjumpa dengannya dengan membawa segunung dosa yang memberatkan. Kita bertemu dengannya dengan membawa aib dan kesalahan yang tak terkira. Pada Allah kita berharap dan memohon.

Sungguh, rahmat-Nya, kasih-sayang-Nya, ampunan-Nya kami rindukan. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang, jangan Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang Engkau tolak atas pintu maghfirah-Mu. Jua jangan Engkau jauhkan kami dari keutamaan dan kebaikan-Mu. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu keluasan rahmat-Mu.

Sungguh, harapan kami pada-Mu, Ya Allah sangatlah serius. Setiap kami pasti berbuat salah dan dosa. Akan tetapi harapan kami pada Dzat Yang Mengulurkan Tangan-Nya di malam hari, agar kembali para pendosa di siang hari. Pada Dzat Yang mengulurkan Tangan-Nya di siang hari, agar kembali para pendosa di malam hari.

“Wahai anak Adam, walau dosamu melangit, namun kamu beristighfar pada-Ku, pasti Aku akan ampuni kamu, dan Aku tidak peduli.”

Aku beristighfar, astaghfirullahal Adhiim. Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Penyayang. Dan betapa banyak kasih-sayang Allah aku rasakan pada hari-hari bulan taubat ini. Allahu A’lam. (Sumber : www.dakwatuna.com) Selengkapnya...

Thursday, September 18, 2008

Muhasabah


Tidak terasa ibadah Ramadhan yang kita lakukan sudah berjalan 18 hari, kita tidak tahu seberapa persen amalan ibadah kita di bulan suci ini yang di terima. Apakah kita termasuk dalam rambu-rambu yg disampaikan Rasulullah yaitu yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja? Kembali kepada diri kita sendiri dalam mensikapi (baca:menikmati) jamuan di bulan ini).
Kadang merasa cuaca panas, pekerjaan yang berat, berbagai keluhan dan keluhan sempat terlontar entah secara lahir maupun hanya dalam batin saja.Padahal janji Allah di sepertiga yang kedua di bulan ini adalah merupakan bulan maghfiroh..... Kenapa diri kita lebih terminati dengan janji-janji lahiriyah, sedangkan dengan janji-janji yang berdimensi lain kita pandang, kita sambut dengan sebelah mata, bahkan mungkin dengan sebelah hati.
Semua kembali kepada iman kita masing-masing. Iman seseorang kadang memang naik turun. Tetapi sampai sejauh mana kita berusaha untuk meningkatkan iman kita sendiri, sudah puaskah dengan kondisi iman kita yang sekarang ini ?
Ibaratnya naik ke puncak gunung, langkah kita sudah sampai ke tengah. Namun sekedar instropeksi diri, benarkah kita sudah sampai tengah, atau justru kita turunkan lagi, hingga gunung itupun tak sempat kita raih. Hanya sebuah memori bahwa kita pernah mencoba naik namun tak sampai ke atas (padahal jamuan pesta yang dijanjikan itu ada dipuncak sana). Kita lihat di masyarakat, pada tanggal2 tengah ini jamaah tarawih sudah mulai berkurang, sebaliknya pertokoan tradisional ataupun supermarket mulai ramai dan semakin ramai menjelang lebaran nanti. Sangat kontradiktif ramadhan yang semula ramai menjadi semakin sepi. Hanya orang-orang yang sadar saja(didominasi orang-orang yang berumur)yang masih aktif meramaikan dan menikmati sajian Allah di bulan ini.
Apakah semua harus menunggu "berumur" baru kemudian ancang-ancang menyadari semua. Padahal kita tidak tahu, umur kita dibatasi sampai kapan. Semua sadar akan hal itu, namun kadang hanya sekedar obrolan-obrolan kosong tanpa berusaha merealisasi. Selengkapnya...

Saturday, September 13, 2008

MEMBANGUN TAKWA POLITIK DENGAN RAMADHAN

Menurut Bapak sosiologi Islam Ibnu Khaldun, panggung politik dan kekuasaan adalah posisi yang banyak diidam-idamkan orang karena kenikmatannya. Di dunia politik ini, terkumpul segala macam kenikmatan, dari harta kekayaan yang berlimpah, kepuasan karena terpenuhinya kebutuhan fisik, dan kenyamanan psikologi (karena selalu dihormati). Karena kenyamanan ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkannya. Dan kalau sudah berkuasa, sangat sedikit yang dengan sukacita menyerahkannya kepada orang lain.
Karakter inilah yang barangkali bisa menafsirkan kita kepada sebuah fenomena kenapa mayoritas penguasa diturunkan dengan cara yang tidak formal, dan kenapa banyak pejabat mengalami post power syndrome saat turun dari jabatannya. Salah satu penyebab jeleknya citra politik di mata mayoritas adalah karena banyak penguasa yang berbuat semena-mena dengan lawan politiknya demi mempertahankan kekuasaannya.
Benarkah politik itu sejatinya kotor, ataukah kekotoran itu adalah benalu kekuasaan di saat penguasa sudah lupa dengan tujuan semula saat dilantik menjadi pemimpin?
Dengan penuh keyakinan, penulis menyatakan bahwa politik adalah salah satu agenda penting dalam dakwah. Politik adalah keniscayaan dalam mewujudkan totalitas beragama, dan politik adalah salah satu cara untuk menggapai taqwa. Tetapi dunia ini sangat rentan godaan, sehingga memerlukan energi besar agar praktisinya tidak mudah terjangkiti oleh virus-virus politik kotor.
Lalu, apa kaitan Ramadhan dengan taqwa? Benarkah Ramadhan bisa menjadi solusi carut marutnya dunia perpolitikan? Mampukah Ramadhan menciptakan taqwa di sektor politik?
Mencermati pernyataan Ibnu Khaldun di atas, penulis akan menggali sejauh mana Ramadhan mampu membangun karakter taqwa di dunia politik. Tulisan ini menyoroti dua sudut: Pertama, masyarakat terhadap penguasa, dan kedua, penguasa yang menjalankan roda pemerintahan.

A. Masyarakat yang menentukan pilihan politik
Masyarakat memiliki peran penting dalam membangun budaya taqwa dalam politik. Masyarakat yang bertaqwa, tidak akan membiarkan pemimpinnya berbuat semena-mena. Dalam pidato politik saat dikukuhkan menjadi Khalifah Islam setelah Rasulullah, Abu Bakar sadar betul bahwa kekuasaan mudah menyeret seseorang kepada penyelewengan.
Karenanya, beliau meminta masyarakat - yang pada saat itu mayoritas bertaqwa - untuk memantau kinerja kepemimpinan beliau. Dalam pidatonya yang singkat beliau berkata, “Sesungguhnya aku sekarang telah diangkat untuk menjadi pemimpin kalian, padahal aku sadar bahwa aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Jika aku profesional, maka dukunglah kinerjaku, tapi jika aku asal-asalan, maka luruskan diriku. Kejujuran adalah amanah, dan kebohongan adalah pengkhianatan… ”.

Salah satu cara membentuk masyarakat taqwa adalah dengan metode Ramadhan.. Ramadhan secara intensif melatih masyarakat muslim untuk mencintai nilai-nilai kebaikan, mampu menahan nafsu untuk tidak melakukan perbuatan keji. Bersemangat melaksanakan shalat secara berjamaah, dan berani menegur imamnya jika melakukan kekeliruan.
Ramadhan yang sukses juga akan menekan persoalan bangsa yang sangat akut sekarang ini, yaitu korupsi. Karenanya, permasalahan serius yang disoroti Allah pasca ayat-ayat tentang Ramadhan adalah problematika korupsi, yang dalam ajaran Allah pemberantasannya baru akan efektif manakala dilakukan oleh orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman,
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Al-Baqarah: 188).
Ramadhan sangat intensif mengenalkan nilai-nilai kebaikan untuk masyarakat. Nilai-nilai yang diperkenalkan sangat bervariasi, mulai dari kedisiplinan, kejujuran, keikhlasan, melatih sikap empati, sampai kepada pengenalan hak-hak pemimpin dan yang dipimpin.
Kedisiplinan dikenalkan lewat jadwal berbuka dan imsak, kapan boleh makan dan minum dan kapan tidak boleh; kapan waktu berangkat ke masjid, dan jam berapa harus bangun sahur. Kejujuran diasah lewat kesportifan orang untuk tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, meskipun tidak ada satu pun orang yang tahu dia melakukannya. Keikhlasan tumbuh dari praktek puasa yang tidak mungkin diketahui orang lain, kecuali kalau kita sendiri yang menceritakannya.
Ramadhan melatih kita untuk lebih peduli terhadap sesama dengan program memberi makan orang yang berpuasa, memperbanyak infaq, sedekah, dan zakat. Ramadhan juga mengajarkan kita bagaimana memilih pemimpin dalam shalat, kapan harus menaatinya, dan bagaimana menegurnya jika berbuat kesalahan.
Masyarakat Ramadhan dengan karakteristik di atas tidak mungkin tertarik memilih pemimpin yang tidak seirama dengan mereka, hanya karena tampilan fisik calon pemimpin, atau karena teror money politics. Mereka telah terbiasa dengan sukarela tidak makan seharian selama sebulan tanpa dibayar dengan uang. Andaikan ada yang ingin membayar mereka agar membatalkan puasa, mereka pasti tidak akan melakukan itu.
Masyarakat Ramadhan juga tidak akan segan-segan memberikan peringatan kepada pemimpin yang salah. Mereka sangat sadar bahwa pilihan mereka harus mendukung nilai-nilai ketaqwaan yang telah mereka bangun dengan susah payah, sebagaimana mereka merasa tidak nyaman di saat shalat di belakang imam yang bacaan serta sikapnya tidak baik.
Masyarakat Ramadhan juga tidak akan melanjutkan tradisi korupsi yang telah beranak-pinak. Mereka adalah orang pertama yang akan menghapus tradisi ini. Selama Ramadhan, mereka telah dilatih untuk memakan makanan yang halal dan thayyib, dan tidak akan korupsi pada saat berbuka dan sahur. Mereka tidak berani untuk berbuka sebelum waktunya, demikian juga dengan makan setelah waktu sahur lewat.
Dengan sikap seperti itu, penguasa yang punya niat korupsi akan berfikir seribu kali untuk melakukannya, lantaran masyarakatnya tidak mendukung, bahkan akan mengadilinya. Suburnya korupsi di negeri ini adalah akibat banyaknya pejabat yang korup yang berkolaborasi dengan pengusaha atau rakyat yang membutuhkan bidang yang digarap oleh pejabat.

B. Penguasa yang Menjalankan Roda Pemerintahan.
Godaan kekuasaan sangat besar, baik harta, tahta maupun wanita. Penguasa sangat rentan dengan godaan harta. Banyak pengusaha yang siap menanamkan investasi jasa keuangannya jauh-jauh hari sebelum menjadi penguasa, dengan harapan nanti kalau berkuasa akan mendapatkan proyek-proyek besar.
Kalau tidak berhasil mendekati penguasa atau calon penguasa, mereka coba masuk dari jalur keluarga, baik istri maupun anak-anak mereka. Banyak sudah pemimpin yang harus turun dari jabatannya lantaran skandal korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri dan keluarga mereka.
Pejabat juga sangat rentan dengan godaan wanita. Betapa banyak pemimpin yang harus meninggalkan tahtanya gara-gara terlibat skandal dengan wanita simpanan. Betah dengan tahta adalah godaan lain yang melekat kental di sebagian penguasa. Demi mempertahankan tahtanya, dia singkirkan lawan-lawan politiknya dengan berbagai macam cara. Ada yang dicampakkan ke dalam sel, ada yang diasingkan, bahkan ada yang dihabisi nyawanya.
Tetapi pejabat yang telah dicelup dengan nilai Ramadhan dan sukses dalam prosesnya, Insya Allah lahir dengan tampilan yang berbeda. Ramadhan tidak hanya diwajibkan kepada masyarakat kecil, tetapi juga menyentuh kalangan pejabat. Ramadhan mengajarkan mereka untuk berhias dengan sifat jujur, cinta masjid, merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta, memperkecil nafsu serakah terhadap dunia, hati-hati dengan godaan lawan jenis, siap menerima kritik, memberantas korupsi dan lainnya.
Kejujuran tumbuh dari terlatihnya mereka berpuasa tanpa harus berbuka, meskipun tidak dilihat oleh orang lain. Mereka juga sering ke masjid menyatu dengan rakyatnya untuk sama-sama shalat berjamaah. Seringnya mereka beribadah, insya Allah menjadikan mereka semakin merasakan kedekatan kepada Allah. Sehingga nafsu serakah dunia dan hebatnya godaan syahwat menjadi jinak dan terkendali..
Penguasa yang bertaqwa seperti di atas, akan membawa dampak positif buat diri, keluarga, dan rakyatnya. Pemimpin yang lulus puasa Ramadhan adalah pemimpin yang salih secara pribadi, rajin beribadah, jujur, berdedikasi tinggi, siap menerima kritik membangun, tidak tergiur oleh berbagai godaan.
Pemimpin yang lulus ujian Ramadhan adalah pemimpin yang berwibawa di dalam keluarganya, menjadi contoh buat isteri dan anak-anaknya, dan menciptakan lingkungan rumah yang kondusif buat ibadah kepada Allah. Ia adalah pemimpin yang selektif memilih bithanahnya (orang dekatnya) sehingga selalu mengingatkannya jika terjadi kekeliruan. Ia juga akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung terwujudnya nilai-nilai taqwa dalam kehidupan.
Di antara wujud nilai taqwa dalam kehidupan sehari-hari yang akan digulirkan oleh pemimpin jenis ini adalah: Gerakan Peduli Pemuda, Gerakan kembali mencintai masjid, menghidupkan nilai-nilai ukhuwah terhadap sesama, gerakan sumbangan sukarela dalam membangun kekuatan ekonomi negara, gerakan anti pornografi, gerakan menghidupkan malam dengan ibadah.
Gerakan peduli pemuda tumbuh dari kesadaran pemimpin dalam merespon perintah Allah untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Kealfaan memperhatikan perkembangan pemuda berakibat fatal bagi kualitas keberagamaan mereka, sekaligus menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan suatu negara.
Sedangkan gerakan kembali cinta masjid, muncul dari kenikmatan yang mereka dapatkan di saat sholat berjamaah dan merasakan dampak positifnya berkumpul di masjid jika dibandingkan dengan berkumpul di tempat-tempat keramaian yang lain. Nilai-nilai ukhuwah terbangun dengan seringnya berkumpul bersama di dalam tempat yang suci.
Sumbangan sukarela dapat digerakkan karena rakyat melihat bahwa pemimpin mereka juga mengeluarkan infaq, sedekah, sama seperti yang mereka lakukan. Sedangkan gerakan anti pornografi dapat efektif karena pemimpinnya tidak pernah terperangkap dalam jerat ini dengan energi besar dari Ramadhan. Dan, gerakan mengisi keheningan malam dengan ibadah, mereka gulirkan saat merasakan betapa indahnya shalat tahajjuad dan i’tikaf di hari-hari akhir Ramadhan.
Ramadhan yang menyentuh kutub pemimpin di satu sisi dan masyarakat di sisi yang lain, akan melahirkan ketaqwaan dari keduanya sekaligus. Pemimpin yang bertaqwa akan menggulirkan kebijakan-kebijakan yang menopang terealisasinya ketaqwaan di masyarakat. Dan, masyarakat yang bertaqwa akan menjadi pengawas berlangsungnya nilai-nilai ketaqwaan di kalangan elit. (dari berbagai sumber : Al Qur’an, file IKADI, dll)
Selengkapnya...

Friday, September 12, 2008

Ternyata Bulan di Saturnus Juga Bercincin

Panah menunjukkan bulan bernama Anthe (atas) dan Methone (bawah) yang dikelilingi cincin parsial berbentuk seperti busur panah.

Cincin ternyata tak hanya menghiasi Planet Saturnus saja. Foto-foto terakhir yang dikirimkan wahana ruang angkasa Cassini menunjukkan bahwa cincin parsial juga mengelilingi bulan-bulannya.

Cassini mendeteksi cincin pertama di salah satu bulan yang bernama Anthe. Cincin kedua juga terekam di bulan lainnya bernama Methone. Kedua objek termasuk bulan Saturnus yang berukuran kecil.

Tidak seperti cincin planet Saturnus yang halus, lebar, dan membentuk lingkaran penuh, cincin parsial kasar, renggang, dan hanya membentuk lengkungan seperti busur panah. Cincin parsial tersusun dari serpihan-serpihan batu meteor yang mungkin menabrak permukaan bulan tersebut.

Nick Cooper, salah satu ilmuwan dari Universitas Queen Mary London yang terlibat dalam tim pengolah citra Cassini yakin cincin parsial terbentuk karena pengaruh gravitasi objek lainnya di sekitar kedua bulan tersebut. Sebab, Anthe dan Methone berada dekat Mimas, bulan lainnya yang ukurannya lebih besar.

Ia mengatakan, foto-foto tersebut mmberikan informasi baru. Informasi tersebut akan membantu mengungkap interaksi antara bulan-bulan Saturnus dan cincinnya.

Nampak jelas bahwa semakin terungkap fenomena-fenomena seperti di atas, akan semakin terbuka wawasan kita dan menyadarkan bahwa ciptaan Allah sangat luar biasa, subkhanallah, jika air laut dijadikan tintanya, meski air laut itu kering tak akan habis untuk menulis kebesaran ciptaanNya.(sumber : http://www.kompas.com_)

Selengkapnya...

Saturday, September 06, 2008

AL QUR'AN DAN ASTRONOMY

Penciptaan Alam Semesta


Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:

"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)

Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.

Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan


Mengembangnya Alam Semesta


Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)

Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.


Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
(source : http://keajaibanquran.com/astronomy_origin_universe.html) Selengkapnya...

sabily