Sambiloto [Andrographis paniculata] bisa tumbuh liar di tempat terbuka seperti kebun, tepi sungai atau tanah kosong yang agak lembah. Juga di pekarangan rumah. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Batangnya banyak disertai cabang berbentuk segi empat. Daunnya tunggal, bertangkai pendek, letaknya berhadapan bersilang. Permukaan atas daun berwarna hijau tua, bagian bawahnya hijau muda, panjang 2 – 8 cm, lebar 1 – 3 cm.
Bunganya berbibir berbentuk tabung kecil- kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buahnya kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah mernbujur menjadi empat keping. Bijinya gepeng, kecil-kecil. Berwarna cokelat muda. Jika ingin memperbanyak, bisa dengan biji atau setek batang. Syaratnya, ketinggian tempat 1 meter – 700 meter di atas permukaan laut. Curah hujan tahunan sekitar 2.000 mm – 3.000 mm/tahun .
Perlu diperhatikan, kelembapannya dan penyinarannya sedang saja. Dengan tekstur tanah berpasir. Untuk drainasenya harus baik dengan kedalama air tanah : 200 cm – 300 cm dari permukaan tanah. Untuk kedalaman perakaran, diatas 25 cm dari permukaan tanah.
Bagaimana menanam Sambiloto? Biji Sambiloto dapat disemai dalam polybag. Kira-kira satu minggu akan muncul kecambah. Setelah tingginya 20 cm, kecambah siap dipindahkan kedalam lubang tanaman berukuran 25 cm x 25 cm x 25 cm, dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 meter. Atau bisa ditanam dalam pot bunga.
Bagian yang digunakan dari Sambiloto adalah herba. Dipanen sewaktu tumbuhan ini mulai berbunga. Setelah dicuci, dipotong-potong seperlunya lalu dikeringkan. Herba yang kering sebanyak 10 – 20 gram direbus atau herba kering digiling halus menjadi bubuk lalu diseduh.
Rebusan herba diminum 3 – 4 kali sehari, atau 4 – 6 tablet.
Untuk pengobatan kanker, digunakan cairan infus, injeksi, atau tablet. Untuk pemakaian luar, herba segar direbus lalu airnya digunakan untuk cuci atau digiling halus dan dibubuhkan ke tempat yang sakit, seperti digigit ular berbisa, gatal-gatal, atau bisul.
Selain itu, herba Sambiloto juga berkhasiat mengatasi :
- hepatitis, infeksi saluran empedu,
- disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel (tonsilitis),
abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas
(bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga
tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi,
- demam, malaria,
- kencing nanah (gonore),
- kencing manis (DM),
- TB paru, skrofuloderma, batuk rej an (pertusis), sesak napas (asma),
- darah tinggi (hipertensi),
- kusta (morbus hansen = lepra),
- leptospirosis,
- keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut,
- kanker: penyakit trofoblas seperti kehamilan anggur (mola hidatidosa)
dan penyakit trofoblas ganas (tumor trofoblas), serta tumor paru.
Di bawah ini beberapa contoh pemakaian herba Sambiloto untuk mengatasi penyakit:
1. Tifoid , ambil daun sambiloto segar sebanyak 10 – 15 lembar direbus dengan dua
gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan madu secukupnya lalu diminum sekaligus. Lakukan 3 kali sehari.
2. Disentri basiler, diare, radang saluran napas, radang paru. Ambil herba kering sebanyak 9 – 15 gram lalu direbus dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, rebusan disaring. Air rebusannya diminum sehari dua kali, masing-masing 1/2 gelas saja.
3. Disentri, herba krokot segar (Portulaca oleracea) sebanyak 500 gram diuapkan selama 3 – 4 menit, lalu ditumbuk dan diperas. Air perasan yang terkumpul ditambahkan bubuk kering sambiloto sebanyak 10 gram sambil diaduk. Campuran tersebut lalu diminum, sehari tiga kali
masing-masing sepertiga bagian.
4. Influenza, sakit kepala, demam. Ambil bubuk kering sambiloto sebanyak 1 gram lalu diseduh dengan air panas dalam cangkir. Setelah dingin diminum sekaligus, Lakukan 3 – 4 kali sehari.
5. Demam, ambil daun Sambiloto segar sebanyak satu genggam lalu ditumbuk. Tambahkan setengah cangkir air bersih, saring lalu minum sekaligus. Daun segar yang digiling halus juga bisa digunakan sebagai tapal badan yang panas.
6. TB paru. Daun sambiloto kering digiling menjadi bubuk. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk rata lalu dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Pil ini Ialu diminum dengan air matang. Sehari 2 – 3 kali, sebanyak 15 – 30 pil.
7. Batuk rejan (pertusis), darah tinggi. Ambil daun sambiloto segar sebanyak 5 – 7 lembar diseduh dengan setengah cangkir air panas. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk. Setelah dingin minum sekaligus. Lakukan sehari tiga kali.
8. Radang paru, radang mulut, tonsillitis. Gunakan bubuk kering herba sambiloto sebanyak 3 – 4,5 gram, lalu diseduh dengan air panas. Setelah dingin tambahkan madu secukupnya lalu diminum sekaligus.
9. Faringitis, ambillah herba sambiloto segar sebanyak 9 gram dicuci lalu dibilas dengan air
matang. Bahan tersebut lalu dikunyah dan airnya ditelan.
10. Hidung berlendir (rinorea), infeksi telinga tengah (OMA), sakit gigi. Ambil herba sambiloto segar sebanyak 9 – 15 g direbus dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum dua kali sehari masing-masing setengah gelas. Untuk OMA, herba segar dicuci lalu digiling halus dan diperas. Airnya digunakan untuk tetes telinga.
11. Kencing manis, ambil daun sambiloto segar sebanyak setengah genggam dicuci lalu direbus
dengan tiga gelas air bersih sampai tersisa dua seperempat gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum sehabis makan, tiga kali sehari masing-masing tiga perempat gelas.
Di beberapa daerah, Sambiloto mempunyai nama yang berbeda. Misalnya, ki oray, ki peurat, takilo (Sunda). Bidara, sadilata, sambilata,; takila (Jawa). Pepaitan (Sumatra). Chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian (China). Xuyen tam lien, cong cong (Vietnam). Kirata, mahatitka (India/Pakistan). Creat, green chiretta, halviva, kariyat (Inggris).
(sumber: iptek.net.id)