Monday, April 27, 2009

MEMBIDIK GURU BERPRESTASI

Pak Warno sosok guru yang rajin meski tidak tahu komputer apalagi internet, beliau buta dengan lomba, dan penampilan biasa-biasa saja, namun beliau guru yang teliti mengenali muridnya satu demi satu sehingga mampu menentukan menu pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing siswa didiknya. Beliau selalu datang ke sekolah tepat waktu, menyapa anak dengan ramahnya, dan selalu mencermati materi yang akan diajarkan. Hal tersebut menjadikan dirinya sangat disukai murid-muridnya. Kebiasaan itu menjadi warna sehari-hari Pak Warno. Murid-muridnya mampu menemukan jati diri masing-masing sehingga berkembang sampai pada tingkat pendidikan yang tertinggi dan memperoleh pekerjaan sesuai dengan karakternya. Apakah Pak Warno bisa disebut guru berprestasi?
Berbeda dengan Pak Budiman, beliau seorang guru yang gesit, energis, sering ikut pelatihan, dan dikenal dan akrab pimpinan, akrab dengan komputer dan internet, selalu memenangi beberapa perlombaan untuk guru. Murid-muridnya pun senang akan keberhasilan Pak Budiman. Sayangnya dari 40 siswa didiknya, hanya sekitar tujuh orang siswanya yang kelak mampu menemukan jati dirinya, sedangkan yang lainnya sampai berkeluarga pun masih mencari-cari jati dirinya. Hal itu terjadi karena Pak Budiman lebih mengutamakan kemajuan anak-anak tertentu asalkan materi pelajaran dapat terlaksanakan sesuai kurikulum. Apakah Bapak guru yang kedua ini disebut guru berprestasi?
Hal ini sangat bertolak belakang sekali dengan kondisi Ibu Tumini, guru biologi di sekolahnya. Beliau asyik sekali berbincang dengan para siswa yang hanya berjumlah 10 anak, meskipun gedungnya kelihatan kumuh mau ambruk, lantai banyak yang berlobang dan kusam, dinding kelasnya bolong-bolong. Keasyikan seorang ibu guru yang gajinya rendah itu berjalan mulus karena sesuai dengan titik sentuh murid-muridnya. Pada akhirnya kesepuluh siswanya itu melangkah untuk menjalani perkembangan diri sesuai dengan karakteristik masing-masing. Ketika besar, siswa-siswanya itu menjadi orang yang berhasil. Apakah Ibu Tumini yang telah mendidik dan membingkai kesepuluh siswanya ini disebut guru berprestasi?
Nyata sekali kita akan kesulitan untuk menentukan apakah guru di atas tersebut berprestasi atau bukan sebelum kita mengetahui apa yang dimaksud dengan berprestasi.
Jika penentuan guru prestasi hanya diukur dari keberhasilan siswa untuk menemukan jati dirinya, Pak Warno dan Bu Tuminilah yang disebut berprestasi. Namun, jika berprestasi dimaknai sebagai guru yang jago komputer dan internet serta sering menang lomba, maka Pak Budimanlah yang jadi guru berprestasi. Lantas jika ketiga guru yang dicontohkan di atas termasuk guru yang berprestasi, maka bagaimana statusnya guru-guru yang lain yang tidak seperti dicontohkan di atas. Apakah beliau-beliau itu yang berjumlah ribuan bahkan jutaan, apakah disebut guru yang tidak berprestasi ? Bisa jadi kita selama ini pun di ajar oleh guru-guru yang tidak berprestasi. Berikutnya apa sih sebenarnya guru berprestasi itu ....???

6 comments:

  1. sampai saat ini saya juga ndak tahu, kriteria guru berprestasi itu apaan sih, pak wahyu, hehe ... pernah ikut lomba, tapi ndak pernah menang, wakakaka ....

    ReplyDelete
  2. Ralat.
    Terdapat kesalahan cetak, tertulis Warno, yang benar "rno" nya diganti "hyu"

    ReplyDelete
  3. Istilah Guru Berprestasi justru sumber dan biang masalah, seakan yang tak terpilihtak punya prestasi.
    Kampret sing nggawe istilah kuwi sopo yo...

    ReplyDelete
  4. saya rasa semua guru itu berprestasi way, karena dari dialah kita2 sebagai muridnya bisa spt ini...

    ReplyDelete
  5. Guru berprestasi adalah guru yang mempunyai dedikasi tinggi, memiliki komitmen yang tinggi untuk mencerdaskan siswa.

    ReplyDelete
  6. Guru berprestasi guru yang bertanggung jawab pada tugasnya, bukan hanya pada pimpinannya. Janganlah bekerja rajin hanya kalau ada pimpinan.

    ReplyDelete

Terimakasih anda telah berkomentar dengan santun ....

sabily